Senin, 01 Februari 2010

UiGhur MosLem

LIUYUAN (CHINA) - Tanpa email. Blog tak lagi bisa di-update. Akses SMS sudah lama dihapus, hanya orang-orang tertentu yang bisa menggunakan, itupun dibatasi hanya 20 SMS perhari. Begitulah hari-hari warga Xinjiang, wilayah di bagian Barat Cina yang sebagian besar beretnis Uighur dan Muslim. Tulisan Easy Connection Internet Cafe di sebuah kedai di samping stasiun kereta di kota itu tak ada artinya.

Hampir enam bulan ini, akses internet dan selular di Xinjiang dipantai secara ketat. Di sejumlah media pemerintah Cina mengumumkan akses internel dan selular telah dipulihkan, namun kenyataan berbicara beda. Menurut media Far West China, yang pertama dibuka adalah layanan SMS. "Namun dalam sehari, hanya boleh mengirim maksimal 20 SMS saja," tulis mereka. Panggilan langsung internasional, kata mereka, belum diizinkan.

Akses internet juga sudah kembali dibuka, namun diawasi secara ketat. Warga Xinjiang hanya bisa membuka empat situs saja, dan situs-situs itu merupakan situs milik pemerintah. Ada dua situs yang bukan milik pemerintah, yaitu Sohu dan Sina yang sesekali bisa diakses warga. "Namun, tampilan bagi warga Xinjiang berbeda dengan tampilan bagi warga Cina lainnya. Banyak kanal yang disensor," tulis media ini.

Menurut media ini, penutupan semua akses informasi bagi warga Xinjiang bermula saat kerusuhan etnis yang melibatkan etnis Han dan Uighur yang nemewaskan lebih dari 200 orang. Pemerintah menuduh, ada aktor intelektual di luar negeri yang menggerakkan Muslim Uighur untuk bergerak "menggoyang" Beijing. "Mereka intens berkomunikasi dengan tokoh-tokoh Muslim Uighur di dalam negeri melalui fasilitas internet," ujar media ini mengutip seorang pejabat pemerintah.

Alasan ini pulalah yang membuat internet menjadi barang mewah bagi warga Xinjiang. "Bila ingin mengetahui berita terbaru dari luar, kami harus berkereta sejauh 650 kilometer menuju Urumqi. Di sana baru kami bisa mengakses internet," ujar seorang blogger Xinjiang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar