Sabtu, 06 Februari 2010

Girl....Game....Gamling....

YOGYAKARTA - Perkembangan dan dampak teknologi informasi luar biasa. Tahun ini pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 30 juta, sedangkan tahun lalu baru sekitar 20 juta. Bahkan pengguna facebook di Indonesia nomor dua di dunia, awal tahun lalu baru satu juta user, sedangkan sekarang sudah 10 juta user.

Hal itu dikemukakan AVP Information Technology Service Strategy PT Telkom Indonesia Syaiful Hidayat dalam acara Pelatihan Internet Pesantren "Wahana Syiar Digital" Tahap II Angkatan ke-1, yang berlangsung tanggal 28-29 Oktober 2009, di Pondok Pesantren Yayasan Ali Maksum.

''Dengan internet kita bisa bisa bersaing dengan bangsa lain. Internet ibarat sebilah pisau. Internet bisa untuk hal-hal bisa bermanfaat, tetapi juga sebaliknya. Dengan internet kita bisa menjadi syi'ar Islam dan melakukan inovasi. Kalau kita tidak bisa membuat inovasi, kita akan dijajah negara lain dan ini sudah mulai terjadi. Seperti game-game di internet yang bikin Korea,''ungkap Syaiful.

Dengan adanya pelatihan internet ini diharapkan para santri bisa mengantisipasi adanya tantangan, ancaman, gangguan internet yang terdiri dari tiga "G" yaitu girls (digunakan untuk porno), game yang berlebihan dan gambling (perjudian). Karena itu para santri yang mengikuti pelatihan yang berasal dari 40 pondok pesantren di Yogyakarta dan sekitarnya diharapkan dapat menggunakan internet untuk hal-hal yang bermanfaat termasuk meng-counter tiga ancaman tersebut.

Dia mengungkapkan banyak tulis di facebook tidak hanya sekedar berisi keluh-kesah dan hal-hal yang tidak bermanfaat. ''Padahal dengan face book selain bisa sebagai ajang silaturahmi dengan teman-teman lama, juga bisa membikin grup untuk berbagi ilmu serta bisa memunculkan kreativitas dengan membuat aplikasi-aplikasi Islami,''kata dia.

Syaiful mengemukakan Telkom membantu menumbuhkan kreatif digital di Indonesia diantaranya dngan menyelenggarakan lomba cipta lagi kreatif yang bertemakan Islam. Telkom juga menyelenggarakan Indigo fellowship. Mereka yang mempunyai ide kreatif bisa dikirim ke telkom.

Tahun ini dari 600 peserta ada lima pemenang. Setiap pemenang akan dilatih, dibina dan dipromosikan ide kreatifnya lewat media telkom. ''Para santri juga bisa membuat ide kreatif misalnya game tentang perjuangan nabi dan ini bisa diikutkan indigo fellowship tahun depan,''tutur dia.

Yang membatasi seseorang untuk menggunakan internet, Syaiful menambahkan, hanya kemauan dan imajinasi. Menurut dia, internet selain bisa digunakan untuk syi'ar, juga bisa untuk bisnis/mendapatkan income. Karena itu dia berpesan kepada 100 santri yang mengikuti pelatihan jangan berhenti kreatif. ''Justru jadikan tantangan untuk kreatif,''kata dia.
nri/ahi

Cyber Crime


BANDUNG--Banyak pengguna Internet di luar negeri yang menjadi korban kejahatan melalui dunia maya (cyber crime) yang dilakukan oleh pelaku-pelaku di Indonesia.

Interpol Indonesia mengaku banyak menerima laporan dan pengaduan dari pengguna Internet di negara lain yang merasa ditipu oleh orang yang mengaku pedagang di Indonesia.

Menurut keterangan para korban, mereka telah ditawari barang oleh pedagang di Indonesia melalui Internet, namun ketika sudah membayar uang muka (down payment), orang yang mengaku pedagang itu menghilang, kata Sekretaris National Central Bureau (NCB)-Interpol Indonesia Brigadir Jenderal Halba Rubis Nugroho, Kamis.

"Setelah buyer membayar DP sekian persen, pembeli itu menghilang dan tidak bisa dikontak," ujarnya di Bandung.

Menurutnya, tren cyber crime di Indonesia kini mulai berubah. Dahulu, pelaku cyber crime modusnya memakai kartu kredit orang lain untuk membeli barang dari luar negeri.

"Nah kini sebaliknya. Banyak korban dari luar negeri justru yang tertipu dengan pedagang palsu dari Indonesia saat transaksi via Internet," ujarnya di Bandung.

Dia menghimbau agar semua pihak berhati-hati sebelum transaksi via dunia maya. Selain itu, sebelum melakukan transaksi, baiknya melaporkan dahulu kepada NCB melalui www.interpol.go.id. "Dengan laporan itu, nanti kami akan mengecek si pedagang itu apa benar atau fiktif. Dan begitu juga sebaliknya," ucapnya.

Ditempat yang sama, Kanit V/Cyber Direktorat II Bareskrim Mabes Polri Komisaris Beras Petrus Golose menuturkan, Indonesia pernah tercatat sebagai negara yang paling banyak tindak cyber crime-nya.

"Itu secara kuantitas. Namun secara kualitas, Amerika nomor satu karena dari aksi cyber crime itu, 85 persen IP Protokolnya dari Amerika. Yang 15 persen tersebar di seluruh dunia," katanya.

Menurutnya, sejak 2006 hingga 2009, telah ada banyak korban dari 49 negara di dunia yang mengaku menjadi korban cyber crime oleh orang Indonesia.

Selain itu, dia menambahkan, pekerjaan menyidik cyber crime tergolong unik. Pasalnya, tidak diketahui pelakunya. "Paling yang ketemu komputernya. Dan untuk menangani kasus cyber crime di Indonesia itu, kami baru punya 20 orang," katanya. ant/ahi

Mesin Pengubah Suara Ke Huruf

AKARTA--Banyak lembaga negara menunggu karya yang Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sedang menyelesaikan prototipe perangkat lunak perisalah yang mampu mengubah suara secara otomatis menjadi teks tertulis.

"DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) sudah menunggu perisalah ini diselesaikan, demikian pula Sekretariat Presiden, dan lembaga lainnya," kata Kepala Pusat Sumber Daya Open Source BPPT Oskar Riandi yang membuka stand pada Global Conference on Open Source (GCOS) di Jakarta, Senin.

Teknologi pengubah suara menjadi teks dengan bahasa Indonesia ini, kata dia, baru satu-satunya di dunia dan dirancang mampu menggantikan notulen dalam berbagai rapat, konferensi hingga sidang pengadilan.

Ia mengatakan, perisalah ini masih terus dikembangkan hingga bisa beroperasi secara baik, berhubung saat ini akurasinya masih 40-50 persen saja, terkait hambatan dialek.

"Data suara seperti dialek atau logat dari berbagai daerah yang diajarkan ke dalam perangkat ini sekarang ini baru satu sepersepuluhnya sehingga masih membutuhkan notulen pendamping untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mungkin," katanya.

Idealnya, lanjut dia, berbagai dialek dari seluruh suku di Indonesia dari Sabang sampai Merauke diajarkan ke dalam piranti ini, sehingga mesin ini mampu mengubah suara ke dalam teks dengan lebih tepat dan cepat.

"Pengembangan perisalah ke depan yang paling mendesak adalah penambahan data model suara. Namun, kendala yang dihadapi sekarang pada persoalan alokasi anggaran pemerintah untuk itu," tambah Oscar.

Namun demikian, sebagai lembaga riset BPPT hanya membuat prototipe, sehingga masih menunggu investor yang bersedia memproduksinya sehingga menjadi perangkat yang bisa digunakan secara massal, ujarnya.

Oskar juga menekankan, bahwa piranti perisalah ini dibangun dengan sistem operasi open source (sumber kode terbuka) yakni Linux.

Pada GCOS ini juga dipamerkan berbagai produk yang bersandar pada piranti lunak open source lainnya, seperti EasyHotspot, situs pasar kreatif, software analisis data, Zaitun Time Series, Bajau Enterprise solution dan lain-lain. ant/ahi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar